Kamis, 05 Agustus 2010

Arok-Dedes: Sejarah Perpolitikan yang Langgeng



Pada awalnya seorang anak belajar meniru, meniru yang benar dan salah dari bapaknya tetapi kemudian saat tumbuh dewasa sewajarnya dapat memilah mana yang baik dan buruk. Arok-Dedes menjadi kitab pegangan perpolitikan bangsa yang tak pernah dewasa ini, mereka para politikus taunya menelan mentah-mentah tanpa memamah terlebih dahulu. Mereka semua tak pernah tumbuh dewasa, menangis jika tidak dijejali gula-gula-memberontak jika disuapi jamu. Tak pernahkah mereka belajar sejarah dibangku sekolahan?


Kisah heroik seorang sudra yang merangkak menjadi satria hingga menerobos ikatan kasta. Arok seorang sudra yang bermimpi menjadi raja. Bukan tanpa sebab, Kretajaya sendiri yang memberikan contohnya dengan pengangkatan Tunggul Ametung menjadi akuwu Tumapel. Sebuah daerah otonomi bawahan Kediri yang mempunyai pemerintahannya sendiri. Akuwu sendiri memang seorang sudra murni yang kemudian disatriakan oleh raja Kediri tersebut. Sebuah bluder kebijakan yang kelak akan membawa kehancuran Kretajaya sendiri. 

Arok merupakan simbol seorang yang berwibawa, berani, dan cerdas tetapi culas. Ilmu perpolitikannya telah melebihi jamannya. Ada pepatah jawa " nabok nganngo tangan liyan " artinya menjatukan seorang dengan menggunakan orang lain tanpa menyadarkan bahwa orang tersebut telah dimanfatkan. Sebuah kecerdasan seorang sudra yang tidak dimiliki seorang raja. Umumnya seorang raja jika ingin menguasai atau menjatukahkan kerajaan lain melalui jalan perang dan kudeta berdarah ( konvensional ). Namun Arok lain.

Sayangnya, kesadaran akan kekeliruan perpolitikan itu sampai kini masih belum ada juga. Telah berunglang kali pergeseran pemerintahan kita telah mengadopsi cara-cara nenek leluhurnya. Bukannya meraka ( politikus ) seorang terpelajar? Seorang terpelajar seharusnya mampu memodifikasi hal-hal yang kurang baik menjadi lebih baik dalam kebenaran bukan kerakusan. 

Adakalanya manusia itu hilaf akan tetapi jika kehilafan sudah menjadi tradisi maka hancur-leburlah jagadnya. Harus ada yang membenahi, Siapa? .....Penghuni jagad itu sendiri _||